Jembatan penasaran

Jembatan Penasaran di kampung kota Sidoarjo memang sejak dahulu menjadi buah bibir pembicaraan orang banyak, mengenai keangkerannya, jembatan tua dan reot serta tak terawat memang dibiarkan begitu saja karena tidak ada yang berani untuk merenofasinya, konon disana banyak roh yang penasaran sedang berkumpul menunggu makanan kesukaannya yaitu daging manusia yang masih muda dan segar. Agak keutara sebelah pohon beringin tua yang tumbuh lebat, terdapat gubuk tua. Disana tinggallah orang perempuan tua yang merawat jembatan dengan telaten seorang diri, maklum disana tidak ada penduduk yang berani bertempat tinggal diwilayah itu. Penduduk bermukim di jarak 5 km, sebelah selatan jembatan penasaran itu. Disuatu malam yang hening dan sunyi, suara gemuruh binatang mengerikan yang entah apa jenisnya meraung raung mulai mencari mangsanya. Bintang dan bulan tidak menyinari wilayah itu, yang ada hanya kabut hitam tebal yang menyelimuti langit. Seorang perempuan tua keluar dari gubuknya setelah mendengar tangisan anak laki-laki yang mengusik tidurnya. Dia menatapi anak itu, anak itu membalasnya dengan tatapan yang menyedihkan seakan akan meminta pertolongannya. Tangannya yang penuh darah dilabaikannya kepada perempuan tua tadi. Kemudian perempuan tua tadi mendatangi. “Ada apa toh lee?” kata orang tua tadi. Namun anak tadi tak menjawab sepatah kata apapun yang ada hanya ratapan yang sedih, sepertinya dia kehilangan sesuatu, sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya. “Ma…ma…,ma…ma..,mamaku mana?” tanya anak itu merintih. “Kamu habis kecelakaan ya, mana mayatmu?” kata perempuan tua. “Itu ada di sungai dibawah jembatan bersama sepedaku” “Kamu minggat dari rumah ya!!!” “Ya nek”.jawab anak itu sedih. “Mana rumahmu”.tanya nenek seraya memegang rambut anak itu, yang lengket karena darah. “Ndak jauh sekitar satu km dari sini.” “Kamu adalah pendatang baru jadi bersopanlah dengan teman temanmu yang lainnya ya!!” “Memangnya disini ada yang menghuni”.tanya anak itu. “Yang mengundang kamu kesini adalah teman temanmu”. “Siapa itu nek”. Lihat saja di bawah jembatan. Kemudian anak itu meminta nenek tua untuk mengantarkannya ke tempat teman-temannya berkumpul, tetapi nenek itu menolak karena dia bukan roh jadi dianggap tidak sopan. Nenek itu kembali ke gubuknya dan tidur. Sedangkan hantu kecil tadi berjalan tertatih tatih menuju ke bawah jembatan. Spontan dia kaget melihat temannya yang aneh aneh. Ada yang tak berkaki, ada yang tak bermata, ada yang bermata hampir keluar dari tengkoraknya, ada yang hanya kerangka,dll. Mereka semua jumlahnya beratus ratus jika dilihat dari pakaiannya mereka dari tahun yang berbeda-beda, karena jembatan itu sudah lama berdiri. Hantu kecil tadi heran ketika hati kecilnya timbul perasaan gembira melihat temannya, padahal selama hidupnya dia paling ngeri dengan cerita-cerita yang seram. Dan tak lama kemudian dia berhasil membaur dengan teman temannya. Mereka mengadakan rapat dan mempengaruhi setiap pendatang baru untuk mengundang pendatang yang baru lagi. Pada saat ditengah rapat berlangsug hantu kecil tadi bertanya…”Mengapa tidak kau undang nenek tua itu kesini”. Kemudian ketua dari ketua hantu tadi menjawab..”Kami tidak mau mengundang makhluk seperti nenek itu, sesungguhnya kami berbaik hati karena kami sungkan dan ngeri dengannya” “Tetapi mengapa”. “Jangan banyak tanya” rebut ketua hantu tadi. Pagi-pagi sekali nenek tua itu menyapu jembatan, kemudian dia melihat sorot lampu truk menuju kearahnya. Nenek tadi pasrah duduk terdiam, namun sopir truk yang mabuk membanting kemudinya kekiri sehingga jatuh ke jurang berair dibawah jembatan. “BRRRRRAAAKKK” Perempuan tua melihat kebawah dia melihat darah berceceran mewarnai sungai yang coklat. “MasyaAllah mereka mengundang pendatang baru lagi”. Mendengar bunyi yang sangat keras datanglah seorang pengembara mendekati perempuan tua tadi. “Ada apa nek?!”Jerit lelaki pengembara itu penasaran. “MasyaAllah truk itu” “Mereka mengundangnya lagi” jawab nenek tadi tidak jelas ditelinga lelaki itu. Warga yang mendengar pura-pura tidak tahu menahu, dan membiarkan truk dan mayat itu hanyut di bawa arus sungai yang deras. “Mengapa mereka acuh tak acuh nek??” “Ceritanya panjang, mari mampir ke gubuk tuaku” “Baiklah.” Kemudian mereka menuju gubuk si nenek. “Sebenarnya anda siapa”tanya nenek tadi. Pengembara gagah itu menjawab “Sebenarnya saya pengembara asal Sampang dari pondok pesantren.” “Saya mengembara untuk mencari pengalaman dan ilmu”. Jawabnya. “Sebenarnya dari dahulu saya sudah terusik dengan penghuni jembatan warisan leluhurku” katanya. “Siapa penghuni itu” tanyanya. “Mereka adalah setan setan yang haus manusia” “Apa!!!”spontan pengembara itu menjerit. “Baik saya ingin berbicara dengannya” lanjutnya, Malam tiba, berita mengenai pengembara yang tinggal di gubuk milik nenek tua telah menyebar ditelinga penduduk dan timbul gosip gosip buruk. Tepat pukul 00.00 wib pengembara dan nenek tua keluar dari gubuknya dia menuju keatas jembatan. Pengembara tadi Sholat 2 rakaat diatas jembatan yang sepi kemudian menyuruh nenek supaya tetap diatas dan jangan melihat kebawah karena ia akan berkomuikasi dengan mereka. Dengan langkah yang pelan dia turun menuruni jembatan. Sebelum kakinya menginjak tanah dibawah, kakinya sudah disambut dengan seretan tangan tanpa tubuh yang lengkap. Pengembara tadi spontan meloncat turun kebawah. Kemudian dia berjalan maju ingin menuju tepat kebawah jembatan. “Setan cepat tunjukkan wujudmu” teriak si pengembara. Namun sebelum dia mengeluarkan kata yang kedua. Dia melihat kepala kapala tanpa badan loncat menuju ke arahnya. Namun hal itu tak berhasil menyentuh tubuhnya, karena sebelum sampai ketubuhnya kepala itu hilang. Kemudian beratus ratus setan tadi menampakkan wujudnya. Ketuanya datang sambil melotot dan bertanya dengan nada tinggi. “Apa maumu, tidak usah ikut campur urusan kami” “Sebenarnya saya yang harus bertanya pada kalian semua, mengapa kamu mengambil nyawa sebagian penduduk disini???”tanyanya santai. “Sebenarnya saya mengambil yang kotor untuk menjadi temanku karena dia kotor seperti aku.” “Jadi begitu, baiklah sekarang penduduk disini Insya Allah sudah berkurang yang kotor, karena aku akan menyapu kekotoran disini menjadi bersih, maka dari itu sekarang kalian boleh pergi dan jangan ganggu kami”kata pengembara mempengaruhi. “Baik kami akan pergi menyebar menuju yang kotor tetapi sebagian teman kami akan menetap disekitar sini”.jawabnya dengan baik. Pemuda tadi hanya tersenyum dan meninggalkannya menuju keatas. Setelah sampai diatas nenek tadi menyapa….”Bagaimana wahai pemuda pemberani”. “Sebenarnya mereka berhati dari yang memiliki hati.” “Apa maksudmu” “Sudahlah nek mari kita lihat mereka pergi.” Kemudian cahaya putih dari jembatan terbang menuju langit dan menyebar menjadi kepingan kecil menuju wilayah wilayah lainnya entah kemana mereka pergi penulispun tidak tahu. Mungkin saja mereka tinggal disampingmu.TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar